Kamis, 13 Oktober 2016

makalah penelitian sejarah lisan



Kata Pengantar  

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala.   Kepada-Nya kita memohon perlindungan dari keburukan diri dan syaitan yang selalu menghembuskan kebatilan. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tak seorang pun dapat menyesatkannya dan barangsiapa disesatkan oleh-Nya maka tak seorang pun dapat memberi petunjuk kepadanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihiwasallam, keluarga, sahabat, juga pada orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.
Tak lupa pula kami ucapkan terimah kasih kepada ibu…. Yang senantiasa memberikan arahan untuk penyelesaian makalah ini, begitu pun dengan keluarga, serta teman-teman tercinta yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta memberikan ide-ide untuk pembuatan makalah ini.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya Alhamdulillah makalah yang berjudul  prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah  ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu . Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama teman-teman sekalian agar dapat dipergunakan sebaik mungkin untuk melengkapi materi pada pembelajaran sejarah di semester ini.





Wotu, 28 juli 2016
Penulis……




Daftar Isi
a.)    Kata pengantar ……………… ……………………………………………………… 1
b.)    Daftar Isi …………………………………………………………………………….. 2
c.)    Bab I …………………………………………………………………………………. 3
d.)   Bab II ………………………………………………………………………………… 5
e.)    Bab III ……………………………………………………………………………….. 20
f.)     Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….. 21
















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Sebagaimana telah dikemukakan, sejarah lisan adalah pencarian sumber-sumber yang berdasarkan pada sumber lisan atau disebut dengan oral history. Metode sejarah lisan sesungguhnya sudah lama digunakan. Orang yang pertama kali menggunakan metode ini adalah Herodotus sejarawan Yunani yang pertama. Dia mengembara ke tempat-tempat yang jauh untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah lisan. Selain Herodotus, terdapat pula orang Yunani, yaitu Thucydides. Untuk mengetahui sejarah perang Poloponesa, dia mencari kisah kesaksian langsung para prajurit yang ikut dalam perang.
Penggunaaan sejarah lisan di Indonesia, sebenarnya juga sudah lama dilakukan. Hal ini dapat dilihat dalam historiografi tradisional. Ciri adanya penggunaan sejarah lisan yaitu adanya kalimat seperti “Kata Sahibul Hikayat”, atau “Menurut yang empunya cerita”, dan sebagainya. Kalimat tersebut mengandung arti bahwa penulis historiografi tradisional mengumpulkan sumber-sumber melalui sumber lisan.
Sejarah lisan menjadi suatu metode mengalami perkembangan. Metode ini kembali dilihat oleh para ahli terutama di Amerika Serikat pada abad ke-20. Penggunaan sejarah lisan mulai diperhatikan kembali oleh para sejarawan karena adanya kekhawatiran orang-orang yang masih hidup dan menyaksikan peristiwa akan meninggal, sedangkan mereka sendiri tidak membuat catatancatatan tertulis. Memori yang dimiliki oleh para saksi peristiwa tersebut merupakan sumber informasi yang berharga. Sejarah lisan dalam pelaksanaannya sebagai suatu metode yang modern dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Para ahli pada saat itu menggunakan penelitian dengan metode lisan untuk melihat kenangan bekas para budak hitam. Penelitian yang dilakukan para ahli ini kemudian mengalami perkembangan. Sumber lisan yang dikumpulkan, tidak hanya dari orang-orang besar saja atau para tokoh, tetapi orang-orang kecil pun mereka wawancarai bahkan orang-orang yang buta huruf. Orang-orang ini sangat sulit mewariskan sumber-sumber tertulis.
Hal terpenting dari sejarah lisan adalah untuk mencari informasi-informasi yang luput atau lolos dari sumber tertulis. Banyak pembicaraan yang tidak terekam dalam sumber tertulis. Penemuan-penemuan teknologi memberikan bantuan penting terhadap metode sejarah lisan, misalnya telepon. Barangkali ada kebijakan-kebijakan pemerintah yang berangkat dari pembicaraan-pembicaraan telepon dan tidak tercatat dalam arsip resmi. Pembicaraan-pembicaraan ini, kalau terekam, tentu akan menjadi sumber lisan yang berharga.
Perkembangan teknologi sangat menunjang terhadap perkembangan sejarah lisan. Penemuan teknologi tersebut seperti ditemukannya alat perekam (phonograph) pada tahun 1877. Perkembangan alat perekam pada tahun 1960, dengan ditemukannya tape recorder, semakin memudahkan untuk menyimpan data atau sumber lisan. Ada beberapa hal atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian sejarah lisan, yaitu sebagai berikut.














       

                                                                              BAB II
                                                                PEMBAHASAN
 PENELITIAN SEJARAH

A.    PRINSIP DASAR DALAM PENELITIAN SEJARAH

a.  Pemilihan Topik Penelitian
Suatu penelitian ilmiah tentu berawal dari pemilihan topik yang akan diteliti. Dalam bidang sejarah, topik penelitian harus memenuhi beberapa persyaratan.
·         Topik itu harus menarik (interesting topic), dalam arti menarik sebagai obyek penelitian. Dalam hal ini termasuk adanya keunikan (uniqueness topic).
·          Substansi masalah dalam topik harus memiliki arti penting (significant topic), baik bagi ilmu pengetahuan maupun bagi kegunaan tertentu.
·         Masalah yang tercakup dalam topik memungkinkan untuk diteliti (manageable topic). Persyaratan ini berkaitan dengan sumber, yaitu sumber-sumbernya dapat diperoleh.
Meskipun topik sangat menarik dan memiliki arti penting, namun bila sumber-sumbernya, khususnya sumber utama tidak diperoleh, masalah dalam topik tidak akan dapat diteliti. Oleh karena itu calon peneliti harus memiliki wawasan luas mengenai sumber, khususnya sumber tertulis.

        b. Studi Pendahuluan
 Setelah topik penelitian ditentukan, segera lakukan studi pendahuluan. Cari sumber-sumber acuan utama, yaitu sumber-sumber yang diduga memuat data atau informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dengan menelaah sumber-sumber acuan utama secara efektif, peneliti akan dapat memahami ruang lingkung penelitian, baik ruang lingkup masalah maupun ruang lingkup temporal (waktu) dan spasial (tempat/wilayah) obyek penelitian.
Ruang lingkup penelitian itu kemudian dituangkan dalam rencana kerangka tulisan (laporan penelitian). Sementara itu, telaah pula bibliografi/daftar pustaka pada setiap sumber acuan utama yang berupa buku ilmiah. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat tambahan informasi sumber-sumber yang diduga memuat data tentang masalah yang akan diteliti. Catat identitas sumber-sumber itu menjadi bibliografi kerja.

       C.  Implementasi Penelitian          
Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah (penulisan hasil  penelitian).
a.       Heuristik
Heuriskein (Bahasa Yunani) berarti menemukan. Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber. Berdasarkan bentuk penyajiannya, sumber-sumber sejarah terdiri atas arsip, dokumen, buku, majalah/jurnal, surat kabar, dan lain-lain.
Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri atas sumber primer dan sumber Sekunder
*      Sumber primer adalah sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa terjadi atau pada saat peristiwa terjadi, dibuat oleh tangan pertama.
Contoh : Notulen Rapat, AD/ART Organisasi, Otobiografi, dsb.
*      Sumber sekunder adalah sumber yang sumber yang menggunakan sumber primer sebagai sumber utamanya, dibuat oleh tangan/pihak kedua  waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya..peristiwa.
Contoh : Buku, skripsi, tesis, dsb.
. 
Peneliti harus mengetahui benar, mana sumber primer dan mana sumber sekunder. Dalam pencarian sumber sejarah, sumber primer harus ditemukan, karena penulisan sejarah ilmiah tidak ukup hanya menggunakan sumber sekunder.
Agar pencarian sumber berlangsung secara efektif, dua unsur penunjang heuristik harus diperhatikan.
Selain sumber primer dan sekunder, sumber tertulis juga di butuhkan (jika ada) karena sumber tertulis memiliki kadar kebenaran yang relatif tinggi. Ada juga sumber lisan, untuk pemilihan sumber inididasarkan pada pelaku atau saksi mata suatu kejadian.      Narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan peristiwa tidak bisa dijadikan narasumber lisan.
*      Pencarian sumber harus berpedoman pada bibliografi kerja dan kerangka  tulisan. Dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang tersirat dalam kerangka tulisan (bab dan subbab), peneliti akan mengetahui sumber-sumber yang belum ditemukan.
*      Dalam mencari sumber di perpustakaan, peneliti wajib memahami sistem katalog perpustakaan yang bersangkutan. 

b.      Kritik Sumber /Verifikasi
Verifikasi adalah menguji keaslian sumber dan keabsahan sumber untuk di percaya. Verifikasi juga di artikan sebagai pemeriksaan/penelitiann terhadap kebenaran laporan/sumber-sumber tentang suatu peristiwa sejarah.  Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern.
1.)    Kritik ekstern   Mempersoalkan apakah sumber itu asli/palsu sehingga sejarawan harus mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut.
Kritik ekstern harus mencangkup dan menjawab pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)?
b. Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)?
c. Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (soal integritas)?
Dengan kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber.
2.)    Kritik intern : Mempersoalkan apakah isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan informasi yang diperlukan.
Kritik internal ditujukan untuk menjawab pertanyaan:
Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu memang dapat dipercaya???
Untuk itu yang harus dilakukan adalah membandingkan kesaksian antar berbagai sumber (cross examination).
Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan. 
·         Penelitian intrinsik
      a.  Langkah pertama dalam penelitian intrinsik adalah menentukan sifat sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal). Dalam penelitian sejarah, sumber tidak resmi/informal dinilai lebih berharga daripada sumber resmi sebab sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak (untuk kalangan bebas) sehingga isinya bersifat apa adanya, terus terang, tidak banyak yang disembunyikan, dan objektif.
        b. Langkah kedua dalam penilaian intrinsik adalah menyoroti penulis sumber tersebut sebab dia yang memberikan informasi yang dibutuhkan. Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya dapat dipercaya. Untuk itu, harus mampu memberikan kesaksian yang benar dan harus dapat menjelaskan mengapa ia menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau sebaliknya melebih-lebihkan..karena..ia..berkepentingan..di..dalamnya.
        c. Langkah ketiga dalam penelitian intrinsik adalah membandingkan kesaksian dari berbagai sumber dengan menjajarkan kesaksian para saksi yang tidak berhubungan satu dan yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh objektif
·         Pada tahap verifikasi di perlukan pengujian ketuaan. Untuk menguji ketuaan terhadap suatu peninggalan sejarah di lakukan melau beberapa cara :
a. Tipologi
Penentuan ketuaan berdasarkan bentuk (tipe) dari benda peninggalan sejarah.
b. Stratifikasi
Penentuan umur relatif berdasarkan lapisan tanah di mana benda peninggalan itu di temukan.
c. Kimiawi
Penentuan berdasarkan unsur kimia yang terkandung dalam benda tersebut.
Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau kritik, baik intern maupun ekstern, menjadi fakta. Fakta adalah keterangan tentang sumber yang dianggap benar oleh sejarawan atau peneliti sejarah. Fakta bisa saja diartikan sebagai keterangan tentang sumber yang dianggap benar oleh sejarawan/peneliti sejarah (sumber-sumber yang terpilih).
c.       Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, dalam sejarah yaitu penafsiran suatu peristiwa atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa . Pengetian lain interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis dan..masuk..akal.
• Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang masuk..akal.
• Agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang objektif, harus dihindari penafsiran yang..semena-mena..karena..biasanya..cenderung..bersifat..subjektif.
Selain itu, interpretasi harus bersifat deskriptif sehingga para peneliti dituntut untuk mencari landasan..interpretasi..yang..mereka..gunakan.
Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab tidak mungkin semua fakta dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga harus dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran..sejarah.
• Interpretasi memiliki sifat subyektif dan dapat dilakukan dengan cara :
a. Menyatukan bermacam-macam data sehingga menghasilkan fakta. mmmmmmmsintesis
b.    Mencari fakta dengan menguraikan data Analisis

d.        Historiografi
Historiografi adalah tahap terakhir dari kegiatan penelitian sejarah. Historia (Bahasa Yunani) berarti sejarah Historiografi  dan graphien (Bahasa Yunani) berarti penulisan sejarah. Historiagrafi atau penulisan sejarah adalah menyusun & merangkai fakta  berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu. Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.
a)     Bahasa yang digunakan harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Kaya ilmiah dituntut untuk menggunakan kalimat efektif.
b)      Merperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca, penggunaan istilah, dan penujukan sumber.
c)      Istilah dan kata-kata tertentu harus digunakan sesuai dengan konteks permasalahannya.
d)     Format penulisan harus sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku, termasuk format penulisan bibliografi/daftar pustaka/daftar sumber.

Kaidah-kaidah tersebut harus benar-benar dipahami dan diterapkan, karena kualitas karya ilmiah bukan hanya terletak pada masalah yang dibahas, tetapi ditunjukkan pula oleh format penyajiannya.
·         Tiga bentuk penulisan sejarah :
1.      Penulisan sejarah tradisional : Kuat dalam genealogi, tapi tidak kuat dalam hal kronologi dan detail biografis. Bahan pengajaran agama. Adanya kingship. Pertimbangan kosmologis, & antropologis lebih diutamakan daripada keterangan dari sebab akibat
2.      Penulisan sejarah kolonial : Ciri nederlandosentris (eropasentris), tekanannya pada aspek politik dan ekonomi serta bersifat institusional
3.       Penulisan sejarah nasional : Menggunakan metode ilmiah secara terampil & bertujuan untuk kepentingan nasionalisme.
·         Fungsi Historiografi
a. Mengungkapkan asal usul sebuah peristiwa (genetic)
b. Memuat cerita pengalaman kolektif sebagai pelajran (ditaktik)
c. Nelegitimasi suatu kepentingan (pragmatis)



B.     PENELITIAN SEJARAH LISAN
Apabila kita berbicara tentang sejarah lisan, maka perhatian kita terfokus pada suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, tetapi diberitakan secara lisan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Penelitian sejarah lisan membutuhkan suatu metode pengumpulan data atau bahan penulisan sejarah yang dilakukan peneliti sejarah melalui wawancara secara lisan terhadap pelaku atau saksi peristiwa. Metode ini sudah digunakan sejak masa lalu yang semula digunakan di Amerika Serikat .Sehingga pusat perhatiannya tertuju pada suatu peristiwa yang baru berlalu di mana para pelaku, para saksi, dari suatu peristiwa atau suatu kejadian-kejadian masih dapat diajak..untuk..membahas..peristiwa..bersejarah..itu.
       Oleh sebab itu, untuk melaksanakan penelitian sejarah lisan perlu adanya sumber yang mendukung yaitu sumber dari para pelaku atau para saksi. Di samping itu, juga perlu didukung tempat terjadinya suatu peristiwa, mencari latar belakang dan tujuan serta melihat atau memahami pengaruh dan akibat dari peristiwa yang ditimbulkannya.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada pelaku atau saksi peristiwa. Namun, terkadang keterangan para pelaku bersifat subjektif sehingga perlu dilakukan penyeleksian atau analisis secara teliti (misalnya, yang menguntungkan pelaku dikatakan, sedangkan yang dianggap negatif atau merugikan pelaku disembunyikan). Kritik pada sumber lisan adalah dengan melaksanakan cross check..atau..mengecek..dengan..sumber..lisan..lainnya.

Berikut..teknik-teknik..pengumpulan..data..sumber..lisan..:

1)Sumber..Berita..dari..Pelaku..Sejarah
            Di dalam suatu peristiwa sejarah yang telah terjadi, para pelaku merupakan unsur-unsur utama atau berperan pada peristiwa tersebut. Para pelaku akan mengetahui dengan pasti latar belakang atau sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut, apa yang terjadi pada saat peristiwa, sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam peristiwa itu.
            Para pelaku akan dapat memberikan keterangan tentang peristiwa dengan sejelas-jelasnya, bahkan para pelaku akan menceritakan secara berurutan apa yang dialaminya dalam suatu peristiwa yang terjadi. Peristiwa yang dialami oleh para pelaku dapat mendekati suatu kebenaran dari suatu keadaan yang terjadi pada peristiwa tersebut. Bahkan orang yang menerima penjelasan dari para pelaku sering menganggap sebagai suatu kebenaran yang mutlak.
                                                          Bagan berita sejarah dari pelaku
Pelaku Peristiwa Sejarah
  
Tokoh Pelaku :
Perencana dan member perintah terhadap munculnya suatu peristiwa sejarah
Simpatisan :
Mendengar dan mengetahui akan munculnya suatu peristiwa sejarah
Pengikut/anggota :
Pelaksana dan diperintah untuk melakukan suatu peristiwa sejarah.
 





            Ada beberapa cara dalam pengumpulan informasi lisan melalui teknik wawancara, yaitu adanya seleksi individu unt uk diwawancarai guna memperoleh informasi yang akurat (maksudnya kedudukan orang itu dalam suatu peristiwa, sebagai pelaku utama, informan, atau saksi), harus Wawancara dalam sejarah lisan mengembangkan suasana lancar dalam wawancara harus menggunakan tape recorder dengan pertanyaan yang jelas, tidak berbelit dan menghindari pertanyaan yang menyinggung perasaan. Persiapkan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dengan sebaik-baiknya agar mendapat data yang lengkap dan akurat.

Wawancara langsung dapat dilakukan dengan metode-metode berikut.
  1. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan acak dan jawaban tidak ditentukan (pertanyaan terbuka).
  2. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dengan jawaban yang telah ditentukan (pertanyaan tertutup).
  3. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lebih dahulu baru kemudian responden menjawab satu per satu.
  4. Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan suatu pertanyaan, lalu responden langsung menjawabnya. Setelah selesai, pewawancara mengajukan pertanyaan selanjutnya.
  5. Wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder yang dapat menyimpan kesaksian pelaku atau saksi lisan itu.
             Tetapi, perlu diingat bahwa keterangan para pelaku sering bersifat subyektif, karena keterangan itu benar menurut pelaku itu sendiri, atau ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diungkapkan oleh para pelaku. Biasanya masalah-masalah yang dianggap negative dan yang menyangkut si pelaku dalam suatu peristiwa tersebut.
            Sebagai contoh, perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya. Tidak sedikit dari bangsa Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah mata-mata dari bangsa Belanda. Mereka dapat memberikan informasi tentang kegiatan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaannya. Tetapi setelah Indonesia berhasil menjadi bangsa yang merdeka, mereka itu berdiri paling depan dan mengaku diri sebagai seorang pahlawan. Namun, lebih banyak tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang dengan gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mereka bercerita tentang keadaan pada masa itu sesuai dengan yang telah terjadi dalam..peristiwa..masa..itu.

2)Sumber..Berita..dari..saksi..sejarah
         Saksi adalah seorang yang pernah melihat atau menyaksikan terjadinya suatu peristiwa, tetapi bukan sebagai pelaksana atau ikut serta ambil bagian dalam suatu peristiwa tersebut.
          Berita tentang suatu peristiwa yang disampaikan oleh para saksi juga dapat berupa berita atau kebenaran sepihak dan tergantung dari pihak mana saksi itu berasal atau kepada siapa saksi itu berpihak.
          Misalnya, Perang Diponegoro (1825-1830). Apabila saksinya orang Belanda, maka ia akan berpihak kepada bangsa Belanda. Akibatnya, Perang Diponegoro dianggap memberontak terhadap kekuasaan pemerintah colonial Belanda di Indonesia. Tetapi, apabila saksinya adalah bangsa Indonesia sendiri, maka Perang Diponegoro sebagai suatu perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda. Diponegoro dianggap pejuang yang berusaha memperjuangkan bangsa Indonesia agar terbebas dari penjajah yang dilakukan oleh pihak Belanda.
           Di samping itu, para saksi tidak akan dapat melihat secara utuh rangkaian dari suatu peristiwa. Bahkan, terkadang saksi hanya dapat mengetahui tentang apa yang ia saksikan dari suatu peristiwa. Keterangan saksi hanya terfokus pada peristiwa itu terjadi tanpa mengetahui atau melihat latar belakang atau sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa.
          Dengan demikian, keterangan dari para saksi tentang suatu peristiwa yang telah terjadi belum dapat dianggap sebagai suatu keterangan yang lengkap, oleh karena itu para ahli sejarah atau sejarawan harus dapat menyatukan keterangan-keterangan dari saksi dan didukung oleh data lain yang memperkuat bukti peristiwa sejarah, sehingga suatu peristiwa sejarah dapat dijelaskan dengan utuh. 
                                                                          
Ahli Ekonomi :
Suatu peristiwa berakibat merosotnya masalah ekonomi bangsa
Ahli Politik :
Suatu peristiwa sejarah dapat merubah tatanan politik
Bagan berita dari saksi sejarah           

 

Saksi dari Peristiwa Sejarah
Ahli Sosial :
Suatu peristiwa sejarah berpengaruh terhadap kehidupan social masyarakat.
Ahli Budaya :
Suatu peristiwa sejarah mempengaruhi sendi-sendi budaya masyarakat
 




3)   Sumber..berita..dari..tempat..kejadian..peristiwa..sejarah
 
           Di dalam penelitian sejarah, masalah tempat terjadinya suatu peristiwa merupakan masalah yang sangat penting. Apabila peristiwa itu terjadi dalam beberapa dakade terdahulu, barangkali masih dapat diketahui dengan jelas. Seperti temapt dilaksanakannya upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, yaitu di depan rumah kediaman Bung Karno Jl. Pegangsaan Timur no 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi dan rumah Bung Karno menjadi Museum Proklamasi).
Lokasi bersejarah Tempat terjadinya suatu peristiwa sejarah akan selalu dikenang karena di tempat itulah telah terjadi peristiwa sejarah. Salah satu tempat bersejarah adalah sebuah rumah yang dulu ditempati Bung Karno di jl. Pegangsaan timur No. 56 jakarta disitulah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan Bung Karno pada 17 Agustus 1945.
            Namun, bagaimana dengan tempat peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau atau dalam kurun waktu ratusan tahun, bahkan sampai ribuan tahun?  Dalam hal ini para ahli mengalami kesulitan, sehingga diperlukan penafsiran -penafsiran atau perkiraan-perkiraan yang sudah tentu mendekati pada tahap kebenaran. Misalnya, tempat pusat pemerintahan kerajaan Tarumanegara. Hingga sekarang ini para ahli sejarah belum dapat memastikan dimana letak pusat pemerintahan kerajaan Tarumanegara. Tetapi, melalui perkiraan-perkiraan berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, maka letak pusat kerajaan Tarumanegara berada di sekitar wilayah Bogor. Bahkan para ahli atau sejarawan selalu mengalami kesulitan dalam menentukan tempat terjadinya suatu peristiwa di masa lampau.
4)      Latar Belakang Munculnya Peristiwa Sejarah
            Latar belakang atau sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa merupakan unsure terpenting dalam suatu peristiwa sejarah dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. Latar belakang atau sebab-sebab  itu akan mengungkapkan faktor-faktor yang mendorong munculnya peristiwa bersejarah.
            Latar belakang sejarah yang mendorong terjadinya suatu peristiwa bukan hal yang muncul secara tiba-tiba melainkan telah mengalami suatu proses hingga munculnya peristiwa yang dimaksudkannya.
                Peristiwa perang dunia I bermula dari terbunuhnya Pangeran Francis Ferdinand (Austria-Hungaria) pada tanggal 28 juni 1914. Ia dibunuh oleh Gavrilo Princip seorang teroris berkebangsaan Serbia. Namun begitu, para ahli berpendapat bahwa penyebab Perang Dunia I Tidak hanya terbunuhnya Pangeran Francis Ferdinand tapi ada yang lebih jauh lagi yakni terjadinya kebanggan nasionalisme di antara Negara-negara Eropa, peningkatan yang jumlah angkatan perang pada sejumlah Negara-negara Eropa, perlombaan mendapat daerah-daerah koloni, dan terbentuknya formasi aliansi kekuatan militer pada Negara-negara Eropa. Tampak dalam gambar peristiwa penangkapan Gavrilo Princip setelah penembakan terhadap pangeran Francis Ferdinand.
            Latar belakang itu menjadi penentu utama munculnya suatu peristiwa sejarah. Tanpa adanya latar belakang atau sebab-sebab tersebut, maka peristiwa bersejarah tidak mungkin akan terjadi.
5)      Pengaruh dan Akibat dari Peristiwa Sejarah
            Suatu peristiwa sejarah yang telah terjadi dalam kehidupan masyarakat akan memberikan pengaruh dan akibat yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat tersebut. Peristiwa sejarah yang telah terjadi itu merupakan suatu peristiwa yang diinginkan oleh masyarakat atau suatu golongan dalam masyarakat yang bersangkutan. Misalnya, peristiwa sejarah tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Peristiwa itu merupakan suatu peristiwa yang telah direncanakan dan diperjuangkan oleh seluruh bangsa Indonesia dalam membebaskan diri dari penindasan yang dilakukan oleh kaum penjajah. Bahkan sejak awal kedatangan kaum penjajah kewilayah Indonesia selalu disambut dengan berbagai perlawanan oleh bangsa Indonesia.
            Peristiwa sejarah tersebut dapat menimbulkan pengaruh positif dan negative bagi masyarakat atau bangsa tersebut menilai peristiwa itu. Pengaruh positif yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa sejarah akan membawa perubahan-perubahan kea rah kemajuan atau kebaikan dari kehidupan masyarakat misalnya, peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia membawa pengaruh yang positif bagi bangsa Indonesia. Alasannya, sejak proklamasi kemerdekaan itu, bangsa Indonesia dinyatakan telah terbebas dari segala bentuk penindasan dan penjajahan pihak asing terhadap bangsa Indonesia. Berkat kemerdekaan itu bangsa Indonesia dapat mengembangkan diri untuk menjalani kehidupannya tanpa adanya tekanan dan penindasan dari kaum penguasa atau penjajah asing.
            Sementara itu, pengaruh negative bisa juga ditimbulkan oleh suatu peristiwa sejarah, karena suatu peristiwa yang telah terjadi itu menyebabkan timbulnya kegelisahan dan keresahan dalam kehidupan masyarakat atau bangsa bersangkutan. Misalnya, jatuh bangunnya kabinetyang berkuasa atas pemerintah Negara Indonesia sejak tahun 1945 sampai dengan tahun  1959 pada masa itu, tidak ada satu cabinet pun yang berhasil memerintah sampai batas waktu yang telah ditentukan, yaitu 5 tahun, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Bahkan lamanya setiap cabinet berkuasa tidak dapat ditentukan seperti ada cabinet yang berkuasa satu tahun, dua tahun atau tiga tahun. Dengan kekuasaan seperti itu, maka masing-masing cabinet tidak mungkin dapat menyelesaikan program kerja yang telah dicanangkan pada awal kekuasaannya. Juga setiap cabinet yang berkuasa tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah-masalah Negara dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, pergantian-pergantian cabinet yang tidak tentu batas waktunya, tidak akan mungkin dapat memperbaiki kehidupan masyarakatnya melainkan akan menambah terpuruknya kehidupan masyarakat atau bangsa tersebut.
            Dengan demikian, baik buruknya akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa sejarah yang telah terjadi itu, tergantung kepada latar belakang atau sebab-sebab terjadinya peristiwa bersejarah. 





C.    STUDI SEJARAH

a.)    Jenis-jenis sejarah
o Jenis-jenis sejarah berdasarkan fokus masalah :
1. Sejarah geografi : Dikaitkan dengan lokasi di mana peristiwa itu terjadi
2. Sejarah ekonomi : Dibicarakan bagaimana upaya memenuhi kebutuhan manusia
3. Sejarah social : Dikaitkan dengan kehidupan masyarakat pada suatu masa
4. Sejarah politik : Dibicarakan tentang kekuasaan yang terjadi pada suatu masa
o Jenis sejarah dilihat dari cakupan geografis :                     
1. Sejarah dunia : Membentangkan kehidupan manusia di dunia
2. Sejarah nasional : Membentangkan sejarah bangsa Indonesia
3. Sejarah lokal : Senantiasa mengungkapkan sejarah setiap wilayah (daerah)
b.)     Sumber Sejarah
o Sumber sejarah adalah semua yang menjadi pokok sejarah. 3 macam sumber sejarah :
1. Sumber tertulis : Diperoleh dari peninggalan tertulis
2. Sumber lisan : Keterangan langsung dari pelaku/saksi dari peristiwa yang terjadi pada masa lampau
3. Sumber benda : Diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan
c.)    Fakta Sejarah
o Fakta sejarah mempunyai bentuk :
1. Artefak : Semua benda baik secara keseluruhan/sebagian hasil gerapan tangan manusia
2. Fakta social : Fakta sejarah yang berdimensi sosial, misalnya : Interaksi antarmanusia dan  pakaian adat.
3. Fakta mental : Fakta yang sifatnya abstrak, misalnya : Keyakinan


d. ) Bukti Sejarah
o Bukti sejarah adalah segala peninggalan yang berkaitan sengan aktivitas manusia di masa lampau yang mungkinsaja masih di gunakan oleh manusia masa kini baik yang beruapa bukti tertulis ataupun benda
f.)     Menentukan usia peninggalan sejarah dapat dilakukan dengan 3 cara :
1.      Tipologi : Cara penentuan usia peninggalan budaya berdasarkan bentuk tipe dari peninggalan
2.      Stratigrafi : Cara penentuan umur suatu benda peninggalan berdasarkan lapisan tanah di mana benda itu ditemukan
3.      Kimiawi : Cara penentuan umur benda peninggalan berdasarkan unsur kimia yang dikandung oleh benda itu

g.)    Untuk mengungkapkan sumber-sumber sejarah diperlukan ilmu bantu :
1.      Epigrafi : Ilmu yang mempelajari tulisan kuno/prasasti
2.      Arkeologi : Ilmu yang mempelajari benda/peninggalan kuno
3.      Ikonografi : Ilmu yang mempelajari patung
4.      Nomismatik : Ilmu yang mempelajari mata uang
5.      Ceramologi : Ilmu yang mempelajari keramik
6.      Geologi : Ilmu yang mempelajari lapisan kulit bumi
7.      Antropologi : Ilmu yang mempelajari asal-usul kejadian & perkembangan MH
8.      Paleontologi : Ilmu yang mempelajari sisa makhluk hidup yang telah membatu
9.      Paleoantropologi : Ilmu yang mempelajari bentuk manusia yangs sederhana hingga sekarang
10.  Sosiologi : Ilmu yang mempelajari sifat keadaan & pertumbuhan masyarakat
11.  Filologi : Ilmu yang mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata & sejarah suatu bangsa




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
 Penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi mengenai permasalahan yang dibahas. Eksplanasi itu diperoleh melalui analisis. Untuk mempertajam analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode dan teori serta prinsip sejarah perlu ditunjang oleh teori dan/atau konsep ilmu-ilmu sosial yang relevan (sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dll.). Dengan kata lain, penulisan sejarah yang dituntut memberikan eksplanasi mengenai masalah yang dibahas, perlu dilakukan secara interdisipliner dengan menggunakan pendekatan multidimensional (multidimensional approach). Hal itu sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai ilmu.
Oleh karena itu, penelitian sejarah dan hasilnya dapat membantu penelitian dan pengembangan kebudayaan karena Sejarah mengkaji aspek-aspek kehidupan manusia di masa lampau, termasuk kebudayaan.

B.     Kritik dan Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik dari segi kata-kata bahasa maupun kalimat, oleh karena itu kami sangat berharap sekali masukan, kritik maupun saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan penyusunan makalah kami selanjutnya










Daftar Pustaka




1 komentar:

  1. Zinc oxide and titanium dioxide sunscreen for men and women
    Zinc oxide and titanium dioxide sunscreen for men ti89 titanium calculator and ecosport titanium women; 2014 ford fusion energi titanium The Zinc oxide and titanium septum jewelry titanium dioxide are both effective as anti-cancer treatments. titanium steel Zinc oxide (also called “spicy”

    BalasHapus