Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Kepada-Nya kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaitan yang selalu menghembuskan
kebatilan. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala, maka tak seorang pun dapat menyesatkannya dan barangsiapa
disesatkan oleh-Nya maka tak seorang pun dapat memberi petunjuk kepadanya.
Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu‘alaihiwasallam,
keluarga, sahabat, juga pada orang-orang yang senantiasa mengikuti
sunnah-sunnahnya.
Tak lupa pula kami ucapkan terimah kasih kepada ibu…. Yang
senantiasa memberikan arahan untuk penyelesaian makalah ini, begitu pun dengan
keluarga, serta teman-teman tercinta yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi serta memberikan ide-ide untuk pembuatan makalah ini.
Dengan rahmat dan pertolongan-Nya Alhamdulillah makalah yang
berjudul prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu . Mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama teman-teman sekalian agar dapat
dipergunakan sebaik mungkin untuk melengkapi materi pada pembelajaran sejarah
di semester ini.
Wotu, 28 juli 2016
Penulis……
Daftar Isi
a.) Kata pengantar ………………
……………………………………………………… 1
b.) Daftar Isi
…………………………………………………………………………….. 2
c.) Bab I
…………………………………………………………………………………. 3
d.) Bab II
………………………………………………………………………………… 5
e.) Bab III
……………………………………………………………………………….. 20
f.) Daftar Pustaka
……………………………………………………………………….. 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagaimana
telah dikemukakan, sejarah lisan adalah pencarian sumber-sumber yang
berdasarkan pada sumber lisan atau disebut dengan oral history. Metode
sejarah lisan sesungguhnya sudah lama digunakan. Orang yang pertama kali
menggunakan metode ini adalah Herodotus sejarawan Yunani yang pertama.
Dia mengembara ke tempat-tempat yang jauh untuk mengumpulkan bahan-bahan
sejarah lisan. Selain Herodotus, terdapat pula orang Yunani, yaitu Thucydides.
Untuk mengetahui sejarah perang Poloponesa, dia mencari kisah kesaksian
langsung para prajurit yang ikut dalam perang.
Penggunaaan
sejarah lisan di Indonesia, sebenarnya juga sudah lama dilakukan. Hal ini dapat
dilihat dalam historiografi tradisional. Ciri adanya penggunaan sejarah lisan
yaitu adanya kalimat seperti “Kata Sahibul Hikayat”, atau “Menurut yang empunya
cerita”, dan sebagainya. Kalimat tersebut mengandung arti bahwa penulis
historiografi tradisional mengumpulkan sumber-sumber melalui sumber lisan.
Sejarah
lisan menjadi suatu metode mengalami perkembangan. Metode ini kembali dilihat
oleh para ahli terutama di Amerika Serikat pada abad ke-20. Penggunaan sejarah
lisan mulai diperhatikan kembali oleh para sejarawan karena adanya kekhawatiran
orang-orang yang masih hidup dan menyaksikan peristiwa akan meninggal, sedangkan
mereka sendiri tidak membuat catatancatatan tertulis. Memori yang dimiliki oleh
para saksi peristiwa tersebut merupakan sumber informasi yang berharga. Sejarah
lisan dalam pelaksanaannya sebagai suatu metode yang modern dilakukan di
Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Para ahli pada saat itu menggunakan
penelitian dengan metode lisan untuk melihat kenangan bekas para budak hitam.
Penelitian yang dilakukan para ahli ini kemudian mengalami perkembangan. Sumber
lisan yang dikumpulkan, tidak hanya dari orang-orang besar saja atau para
tokoh, tetapi orang-orang kecil pun mereka wawancarai bahkan orang-orang yang
buta huruf. Orang-orang ini sangat sulit mewariskan sumber-sumber tertulis.
Hal
terpenting dari sejarah lisan adalah untuk mencari informasi-informasi yang
luput atau lolos dari sumber tertulis. Banyak pembicaraan yang tidak terekam
dalam sumber tertulis. Penemuan-penemuan teknologi memberikan bantuan penting
terhadap metode sejarah lisan, misalnya telepon. Barangkali ada
kebijakan-kebijakan pemerintah yang berangkat dari pembicaraan-pembicaraan
telepon dan tidak tercatat dalam arsip resmi. Pembicaraan-pembicaraan ini,
kalau terekam, tentu akan menjadi sumber lisan yang berharga.
Perkembangan
teknologi sangat menunjang terhadap perkembangan sejarah lisan. Penemuan
teknologi tersebut seperti ditemukannya alat perekam (phonograph) pada
tahun 1877. Perkembangan alat perekam pada tahun 1960, dengan ditemukannya tape
recorder, semakin memudahkan untuk menyimpan data atau sumber lisan. Ada
beberapa hal atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian
sejarah lisan, yaitu sebagai berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
PENELITIAN SEJARAH
A.
PRINSIP DASAR DALAM
PENELITIAN SEJARAH
a. Pemilihan Topik Penelitian
Suatu penelitian ilmiah tentu berawal dari pemilihan
topik yang akan diteliti. Dalam bidang sejarah, topik penelitian harus memenuhi
beberapa persyaratan.
·
Topik itu harus menarik (interesting
topic), dalam arti menarik sebagai obyek penelitian. Dalam hal ini termasuk
adanya keunikan (uniqueness topic).
·
Substansi
masalah dalam topik harus memiliki arti penting (significant topic), baik bagi
ilmu pengetahuan maupun bagi kegunaan tertentu.
·
Masalah yang tercakup dalam topik
memungkinkan untuk diteliti (manageable topic). Persyaratan ini berkaitan
dengan sumber, yaitu sumber-sumbernya dapat diperoleh.
Meskipun topik sangat menarik dan memiliki arti penting,
namun bila sumber-sumbernya, khususnya sumber utama tidak diperoleh, masalah
dalam topik tidak akan dapat diteliti. Oleh karena itu calon peneliti harus
memiliki wawasan luas mengenai sumber, khususnya sumber tertulis.
b. Studi Pendahuluan
Setelah topik penelitian ditentukan, segera
lakukan studi pendahuluan. Cari sumber-sumber acuan utama, yaitu sumber-sumber
yang diduga memuat data atau informasi yang relevan dengan topik penelitian.
Dengan menelaah sumber-sumber acuan utama secara efektif, peneliti akan dapat
memahami ruang lingkung penelitian, baik ruang lingkup masalah maupun ruang
lingkup temporal (waktu) dan spasial (tempat/wilayah) obyek penelitian.
Ruang lingkup penelitian itu kemudian
dituangkan dalam rencana kerangka tulisan (laporan penelitian). Sementara itu,
telaah pula bibliografi/daftar pustaka pada setiap sumber acuan utama yang
berupa buku ilmiah. Hal itu dimaksudkan untuk mendapat tambahan informasi
sumber-sumber yang diduga memuat data tentang masalah yang akan diteliti. Catat
identitas sumber-sumber itu menjadi bibliografi kerja.
C. Implementasi Penelitian
Penelitian sejarah yang pada dasarnya
adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari
tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik,
interpretasi, dan historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir
sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah
(penulisan hasil penelitian).
a.
Heuristik
Heuriskein (Bahasa Yunani) berarti menemukan. Heuristik adalah
kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Berhasil-tidaknya
pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai
sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber. Berdasarkan
bentuk penyajiannya, sumber-sumber sejarah terdiri atas arsip, dokumen, buku,
majalah/jurnal, surat kabar, dan lain-lain.
Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri atas sumber
primer dan sumber Sekunder

Contoh : Notulen Rapat, AD/ART
Organisasi, Otobiografi, dsb.

Contoh : Buku, skripsi, tesis, dsb..
Peneliti harus mengetahui benar, mana
sumber primer dan mana sumber sekunder. Dalam pencarian sumber sejarah, sumber
primer harus ditemukan, karena penulisan sejarah ilmiah tidak ukup hanya
menggunakan sumber sekunder.
Agar pencarian sumber berlangsung secara efektif, dua
unsur penunjang heuristik harus diperhatikan.
Selain sumber primer dan sekunder, sumber tertulis juga di
butuhkan (jika ada) karena sumber tertulis memiliki kadar kebenaran yang
relatif tinggi. Ada juga sumber lisan, untuk pemilihan sumber inididasarkan
pada pelaku atau saksi mata suatu kejadian.
Narasumber lisan yang hanya mendengar atau tidak hidup sezaman dengan
peristiwa tidak bisa dijadikan narasumber lisan.


b. Kritik Sumber /Verifikasi
Verifikasi
adalah menguji keaslian sumber dan keabsahan sumber untuk di percaya.
Verifikasi juga di artikan sebagai pemeriksaan/penelitiann terhadap kebenaran
laporan/sumber-sumber tentang suatu peristiwa sejarah. Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah
bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai
melalui kritik ekstern dan kritik intern.
1.) Kritik
ekstern Mempersoalkan apakah sumber itu asli/palsu sehingga
sejarawan harus mampu menguji tentang keakuratan dokumen sejarah tersebut.
Kritik ekstern harus mencangkup dan menjawab pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)?
b. Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)?
c. Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (soal integritas)?
Kritik ekstern harus mencangkup dan menjawab pertanyaan sebagai berikut :
a. Apakah sumber itu merupakan sumber yang dikehendaki (autentitas)?
b. Apakah sumber itu asli atau turunan (orisinalitas)?
c. Apakah sumber itu masih utuh atau sudah diubah (soal integritas)?
Dengan kata lain, kritik ekstern
menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam
sumber.
2.) Kritik intern : Mempersoalkan apakah
isi yang terdapat dalam sumber itu dapat memberikan informasi yang diperlukan.
Kritik internal ditujukan untuk menjawab pertanyaan:
Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu memang dapat dipercaya???
Untuk itu yang harus dilakukan adalah membandingkan kesaksian antar berbagai sumber (cross examination).
Kritik internal ditujukan untuk menjawab pertanyaan:
Apakah kesaksian yang diberikan oleh sumber itu memang dapat dipercaya???
Untuk itu yang harus dilakukan adalah membandingkan kesaksian antar berbagai sumber (cross examination).
Tujuan utama kritik sumber adalah untuk
menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam
lembaran lepas (sistem kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan
kerangka tulisan.
·
Penelitian
intrinsik
a.
Langkah pertama dalam penelitian intrinsik adalah menentukan sifat
sumber itu (apakah resmi/formal atau tidak resmi/informal). Dalam penelitian
sejarah, sumber tidak resmi/informal dinilai lebih berharga daripada sumber
resmi sebab sumber tidak resmi bukan dimaksudkan untuk dibaca orang banyak
(untuk kalangan bebas) sehingga isinya bersifat apa adanya, terus terang, tidak
banyak yang disembunyikan, dan objektif.
b. Langkah kedua dalam penilaian
intrinsik adalah menyoroti penulis sumber tersebut sebab dia yang memberikan
informasi yang dibutuhkan. Pembuatan sumber harus dipastikan bahwa kesaksiannya
dapat dipercaya. Untuk itu, harus mampu memberikan kesaksian yang benar dan
harus dapat menjelaskan mengapa ia menutupi (merahasiakan) suatu peristiwa, atau
sebaliknya melebih-lebihkan..karena..ia..berkepentingan..di..dalamnya.
c. Langkah ketiga dalam penelitian intrinsik adalah membandingkan kesaksian dari berbagai sumber dengan menjajarkan kesaksian para saksi yang tidak berhubungan satu dan yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh objektif
c. Langkah ketiga dalam penelitian intrinsik adalah membandingkan kesaksian dari berbagai sumber dengan menjajarkan kesaksian para saksi yang tidak berhubungan satu dan yang lain (independent witness) sehingga informasi yang diperoleh objektif
·
Pada
tahap verifikasi di perlukan pengujian ketuaan. Untuk menguji ketuaan terhadap
suatu peninggalan sejarah di lakukan melau beberapa cara :
a. Tipologi
Penentuan ketuaan berdasarkan bentuk (tipe) dari benda peninggalan sejarah.
b. Stratifikasi
Penentuan umur relatif berdasarkan lapisan tanah di mana benda peninggalan itu di temukan.
c. Kimiawi
Penentuan berdasarkan unsur kimia yang terkandung dalam benda tersebut.
Penentuan ketuaan berdasarkan bentuk (tipe) dari benda peninggalan sejarah.
b. Stratifikasi
Penentuan umur relatif berdasarkan lapisan tanah di mana benda peninggalan itu di temukan.
c. Kimiawi
Penentuan berdasarkan unsur kimia yang terkandung dalam benda tersebut.
Sumber-sumber yang diakui kebenarannya lewat verifikasi atau
kritik, baik intern maupun ekstern, menjadi fakta. Fakta adalah keterangan
tentang sumber yang dianggap benar oleh sejarawan atau peneliti sejarah. Fakta
bisa saja diartikan sebagai keterangan tentang sumber yang dianggap benar oleh
sejarawan/peneliti sejarah (sumber-sumber yang terpilih).
c.
Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan
membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, dalam sejarah yaitu penafsiran suatu
peristiwa atau memberikan pandangan teoritis terhadap suatu peristiwa .
Pengetian lain interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai
fakta tersebut menjadi satu kesatuan yang harmonis dan..masuk..akal.
• Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang masuk..akal.
• Agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang objektif, harus dihindari penafsiran yang..semena-mena..karena..biasanya..cenderung..bersifat..subjektif.
Selain itu, interpretasi harus bersifat deskriptif sehingga para peneliti dituntut untuk mencari landasan..interpretasi..yang..mereka..gunakan.
Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab tidak mungkin semua fakta dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga harus dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran..sejarah.
• Interpretasi memiliki sifat subyektif dan dapat dilakukan dengan cara :
a. Menyatukan bermacam-macam data sehingga menghasilkan fakta. mmmmmmmsintesis
b. Mencari fakta dengan menguraikan data Analisis
• Penafsiran fakta harus bersifat logis terhadap keseluruhan konteks peristiwa sehingga berbagai fakta yang lepas satu sama lainnya dapat disusun dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang masuk..akal.
• Agar dapat menginterpretasi fakta dengan kejelasan yang objektif, harus dihindari penafsiran yang..semena-mena..karena..biasanya..cenderung..bersifat..subjektif.
Selain itu, interpretasi harus bersifat deskriptif sehingga para peneliti dituntut untuk mencari landasan..interpretasi..yang..mereka..gunakan.
Proses interpretasi juga harus bersifat selektif sebab tidak mungkin semua fakta dimasukkan ke dalam cerita sejarah, sehingga harus dipilih yang relevan dengan topik yang ada dan mendukung kebenaran..sejarah.
• Interpretasi memiliki sifat subyektif dan dapat dilakukan dengan cara :
a. Menyatukan bermacam-macam data sehingga menghasilkan fakta. mmmmmmmsintesis
b. Mencari fakta dengan menguraikan data Analisis
d.
Historiografi
Historiografi adalah tahap terakhir dari kegiatan penelitian
sejarah. Historia (Bahasa Yunani) berarti sejarah Historiografi dan graphien (Bahasa Yunani) berarti
penulisan sejarah. Historiagrafi atau penulisan sejarah adalah menyusun &
merangkai fakta berikut maknanya
secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai
kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu
merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai
ilmu. Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat
ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.
a) Bahasa yang
digunakan harus bahasa yang baik dan benar menurut kaidah bahasa yang
bersangkutan. Kaya ilmiah dituntut untuk menggunakan kalimat efektif.
b)
Merperhatikan
konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda baca, penggunaan istilah, dan
penujukan sumber.
c)
Istilah dan
kata-kata tertentu harus digunakan sesuai dengan konteks permasalahannya.
d)
Format
penulisan harus sesuai dengan kaidah atau pedoman yang berlaku, termasuk format
penulisan bibliografi/daftar pustaka/daftar sumber.
Kaidah-kaidah tersebut harus
benar-benar dipahami dan diterapkan, karena kualitas karya ilmiah bukan hanya
terletak pada masalah yang dibahas, tetapi ditunjukkan pula oleh format
penyajiannya.
·
Tiga
bentuk penulisan sejarah :
1. Penulisan sejarah tradisional : Kuat
dalam genealogi, tapi tidak kuat dalam hal kronologi dan detail biografis.
Bahan pengajaran agama. Adanya kingship. Pertimbangan kosmologis, &
antropologis lebih diutamakan daripada keterangan dari sebab akibat
2. Penulisan sejarah kolonial : Ciri
nederlandosentris (eropasentris), tekanannya pada aspek politik dan ekonomi
serta bersifat institusional
3. Penulisan sejarah nasional : Menggunakan
metode ilmiah secara terampil & bertujuan untuk kepentingan nasionalisme.
·
Fungsi
Historiografi
a. Mengungkapkan asal usul sebuah peristiwa (genetic)
b. Memuat cerita pengalaman kolektif sebagai pelajran (ditaktik)
c. Nelegitimasi suatu kepentingan (pragmatis)
a. Mengungkapkan asal usul sebuah peristiwa (genetic)
b. Memuat cerita pengalaman kolektif sebagai pelajran (ditaktik)
c. Nelegitimasi suatu kepentingan (pragmatis)
B. PENELITIAN SEJARAH LISAN
Apabila
kita berbicara tentang sejarah lisan, maka perhatian kita terfokus pada suatu
peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, tetapi diberitakan secara lisan
dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Penelitian sejarah lisan membutuhkan suatu metode
pengumpulan data atau bahan penulisan sejarah yang dilakukan peneliti sejarah
melalui wawancara secara lisan terhadap pelaku atau saksi peristiwa. Metode ini
sudah digunakan sejak masa lalu yang semula digunakan di Amerika Serikat .Sehingga
pusat perhatiannya tertuju pada suatu peristiwa yang baru berlalu di mana para
pelaku, para saksi, dari suatu peristiwa atau suatu kejadian-kejadian masih
dapat diajak..untuk..membahas..peristiwa..bersejarah..itu.
Oleh sebab itu, untuk melaksanakan penelitian sejarah lisan perlu adanya sumber yang mendukung yaitu sumber dari para pelaku atau para saksi. Di samping itu, juga perlu didukung tempat terjadinya suatu peristiwa, mencari latar belakang dan tujuan serta melihat atau memahami pengaruh dan akibat dari peristiwa yang ditimbulkannya.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada pelaku atau saksi peristiwa. Namun, terkadang keterangan para pelaku bersifat subjektif sehingga perlu dilakukan penyeleksian atau analisis secara teliti (misalnya, yang menguntungkan pelaku dikatakan, sedangkan yang dianggap negatif atau merugikan pelaku disembunyikan). Kritik pada sumber lisan adalah dengan melaksanakan cross check..atau..mengecek..dengan..sumber..lisan..lainnya.
Berikut..teknik-teknik..pengumpulan..data..sumber..lisan..:
1)…Sumber..Berita..dari..Pelaku..Sejarah
Di dalam suatu peristiwa sejarah yang telah terjadi, para pelaku merupakan unsur-unsur utama atau berperan pada peristiwa tersebut. Para pelaku akan mengetahui dengan pasti latar belakang atau sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut, apa yang terjadi pada saat peristiwa, sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam peristiwa itu.
Oleh sebab itu, untuk melaksanakan penelitian sejarah lisan perlu adanya sumber yang mendukung yaitu sumber dari para pelaku atau para saksi. Di samping itu, juga perlu didukung tempat terjadinya suatu peristiwa, mencari latar belakang dan tujuan serta melihat atau memahami pengaruh dan akibat dari peristiwa yang ditimbulkannya.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada pelaku atau saksi peristiwa. Namun, terkadang keterangan para pelaku bersifat subjektif sehingga perlu dilakukan penyeleksian atau analisis secara teliti (misalnya, yang menguntungkan pelaku dikatakan, sedangkan yang dianggap negatif atau merugikan pelaku disembunyikan). Kritik pada sumber lisan adalah dengan melaksanakan cross check..atau..mengecek..dengan..sumber..lisan..lainnya.
Berikut..teknik-teknik..pengumpulan..data..sumber..lisan..:
1)…Sumber..Berita..dari..Pelaku..Sejarah
Di dalam suatu peristiwa sejarah yang telah terjadi, para pelaku merupakan unsur-unsur utama atau berperan pada peristiwa tersebut. Para pelaku akan mengetahui dengan pasti latar belakang atau sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut, apa yang terjadi pada saat peristiwa, sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam peristiwa itu.
Para pelaku akan dapat memberikan keterangan tentang
peristiwa dengan sejelas-jelasnya, bahkan para pelaku akan menceritakan secara
berurutan apa yang dialaminya dalam suatu peristiwa yang terjadi. Peristiwa
yang dialami oleh para pelaku dapat mendekati suatu kebenaran dari suatu
keadaan yang terjadi pada peristiwa tersebut. Bahkan orang yang menerima
penjelasan dari para pelaku sering menganggap sebagai suatu kebenaran yang
mutlak.
Bagan berita sejarah dari pelaku
Pelaku
Peristiwa Sejarah
|
Tokoh
Pelaku :
Perencana dan member perintah
terhadap munculnya suatu peristiwa sejarah
|
Simpatisan :
Mendengar dan mengetahui akan munculnya
suatu peristiwa sejarah
|
Pengikut/anggota :
Pelaksana dan diperintah untuk
melakukan suatu peristiwa sejarah.
|
Ada
beberapa cara dalam pengumpulan informasi lisan melalui teknik wawancara, yaitu
adanya seleksi individu unt uk diwawancarai guna memperoleh informasi yang
akurat (maksudnya kedudukan orang itu dalam suatu peristiwa, sebagai pelaku
utama, informan, atau saksi), harus Wawancara dalam sejarah lisan mengembangkan
suasana lancar dalam wawancara harus menggunakan tape recorder dengan
pertanyaan yang jelas, tidak berbelit dan menghindari pertanyaan yang
menyinggung perasaan. Persiapkan pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan
dengan sebaik-baiknya agar mendapat data yang lengkap dan akurat.
Wawancara langsung dapat dilakukan dengan metode-metode berikut.
- Wawancara dilakukan dengan pertanyaan acak dan jawaban tidak ditentukan (pertanyaan terbuka).
- Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan dengan jawaban yang telah ditentukan (pertanyaan tertutup).
- Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan lebih dahulu baru kemudian responden menjawab satu per satu.
- Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan suatu pertanyaan, lalu responden langsung menjawabnya. Setelah selesai, pewawancara mengajukan pertanyaan selanjutnya.
- Wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder yang dapat menyimpan kesaksian pelaku atau saksi lisan itu.
Tetapi, perlu diingat bahwa keterangan para
pelaku sering bersifat subyektif, karena keterangan itu benar menurut pelaku
itu sendiri, atau ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diungkapkan oleh para
pelaku. Biasanya masalah-masalah yang dianggap negative dan yang menyangkut si
pelaku dalam suatu peristiwa tersebut.
Sebagai contoh, perjuangan bangsa
Indonesia mencapai kemerdekaannya. Tidak sedikit dari bangsa Indonesia yang
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah mata-mata dari bangsa Belanda.
Mereka dapat memberikan informasi tentang kegiatan bangsa Indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaannya. Tetapi setelah Indonesia berhasil menjadi bangsa
yang merdeka, mereka itu berdiri paling depan dan mengaku diri sebagai seorang
pahlawan. Namun, lebih banyak tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang dengan gigih
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mereka bercerita tentang keadaan pada
masa itu sesuai dengan yang telah terjadi dalam..peristiwa..masa..itu.
2)…Sumber..Berita..dari..saksi..sejarah
Saksi adalah seorang yang pernah melihat atau menyaksikan terjadinya suatu peristiwa, tetapi bukan sebagai pelaksana atau ikut serta ambil bagian dalam suatu peristiwa tersebut.
2)…Sumber..Berita..dari..saksi..sejarah
Saksi adalah seorang yang pernah melihat atau menyaksikan terjadinya suatu peristiwa, tetapi bukan sebagai pelaksana atau ikut serta ambil bagian dalam suatu peristiwa tersebut.
Berita tentang suatu
peristiwa yang disampaikan oleh para saksi juga dapat berupa berita atau
kebenaran sepihak dan tergantung dari pihak mana saksi itu berasal atau kepada
siapa saksi itu berpihak.
Misalnya,
Perang Diponegoro (1825-1830). Apabila saksinya orang Belanda, maka ia akan
berpihak kepada bangsa Belanda. Akibatnya, Perang Diponegoro dianggap
memberontak terhadap kekuasaan pemerintah colonial Belanda di Indonesia.
Tetapi, apabila saksinya adalah bangsa Indonesia sendiri, maka Perang
Diponegoro sebagai suatu perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda.
Diponegoro dianggap pejuang yang berusaha memperjuangkan bangsa Indonesia agar
terbebas dari penjajah yang dilakukan oleh pihak Belanda.
Di samping itu, para saksi tidak akan dapat melihat secara utuh
rangkaian dari suatu peristiwa. Bahkan, terkadang saksi hanya dapat mengetahui
tentang apa yang ia saksikan dari suatu peristiwa. Keterangan saksi hanya
terfokus pada peristiwa itu terjadi tanpa mengetahui atau melihat latar
belakang atau sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa.
Dengan
demikian, keterangan dari para saksi tentang suatu peristiwa yang telah terjadi
belum dapat dianggap sebagai suatu keterangan yang lengkap, oleh karena itu
para ahli sejarah atau sejarawan harus dapat menyatukan keterangan-keterangan
dari saksi dan
didukung oleh data lain yang memperkuat bukti peristiwa sejarah, sehingga
suatu peristiwa sejarah dapat dijelaskan dengan utuh.
Ahli
Ekonomi :
Suatu peristiwa berakibat merosotnya
masalah ekonomi bangsa
|
Ahli
Politik :
Suatu peristiwa sejarah dapat
merubah tatanan politik
|
Saksi dari Peristiwa Sejarah
|
Ahli
Sosial :
Suatu peristiwa sejarah berpengaruh
terhadap kehidupan social masyarakat.
|
Ahli
Budaya :
Suatu peristiwa sejarah mempengaruhi
sendi-sendi budaya masyarakat
|
3) Sumber..berita..dari..tempat..kejadian..peristiwa..sejarah
Di dalam penelitian sejarah, masalah tempat terjadinya suatu peristiwa merupakan masalah yang sangat penting. Apabila peristiwa itu terjadi dalam beberapa dakade terdahulu, barangkali masih dapat diketahui dengan jelas. Seperti temapt dilaksanakannya upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, yaitu di depan rumah kediaman Bung Karno Jl. Pegangsaan Timur no 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi dan rumah Bung Karno menjadi Museum Proklamasi).
Lokasi
bersejarah Tempat terjadinya suatu peristiwa sejarah akan selalu dikenang
karena di tempat itulah telah terjadi peristiwa sejarah. Salah satu tempat
bersejarah adalah sebuah rumah yang dulu ditempati Bung Karno di jl. Pegangsaan
timur No. 56 jakarta disitulah teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan
Bung Karno pada 17 Agustus 1945.
Namun, bagaimana dengan tempat
peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau atau dalam kurun waktu ratusan
tahun, bahkan sampai ribuan tahun? Dalam
hal ini para ahli mengalami kesulitan, sehingga diperlukan penafsiran
-penafsiran atau perkiraan-perkiraan yang sudah tentu mendekati pada tahap
kebenaran. Misalnya, tempat pusat pemerintahan kerajaan Tarumanegara. Hingga
sekarang ini para ahli sejarah belum dapat memastikan dimana letak pusat
pemerintahan kerajaan Tarumanegara. Tetapi, melalui perkiraan-perkiraan
berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan, maka letak pusat kerajaan
Tarumanegara berada di sekitar wilayah Bogor. Bahkan para ahli atau sejarawan
selalu mengalami kesulitan dalam menentukan tempat terjadinya suatu peristiwa
di masa lampau.
4) Latar Belakang Munculnya Peristiwa
Sejarah
Latar belakang atau sebab-sebab
terjadinya suatu peristiwa merupakan unsure terpenting dalam suatu peristiwa
sejarah dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. Latar belakang atau
sebab-sebab itu akan mengungkapkan
faktor-faktor yang mendorong munculnya peristiwa bersejarah.
Latar belakang sejarah yang
mendorong terjadinya suatu peristiwa bukan hal yang muncul secara tiba-tiba
melainkan telah mengalami suatu proses hingga munculnya peristiwa yang
dimaksudkannya.
Peristiwa perang dunia I bermula
dari terbunuhnya Pangeran Francis Ferdinand (Austria-Hungaria) pada tanggal 28
juni 1914. Ia dibunuh oleh Gavrilo Princip seorang teroris berkebangsaan
Serbia. Namun begitu, para ahli berpendapat bahwa penyebab Perang Dunia I Tidak
hanya terbunuhnya Pangeran Francis Ferdinand tapi ada yang lebih jauh lagi
yakni terjadinya kebanggan nasionalisme di antara Negara-negara Eropa,
peningkatan yang jumlah angkatan perang pada sejumlah Negara-negara Eropa,
perlombaan mendapat daerah-daerah koloni, dan terbentuknya formasi aliansi
kekuatan militer pada Negara-negara Eropa. Tampak dalam gambar peristiwa
penangkapan Gavrilo Princip setelah penembakan terhadap pangeran Francis
Ferdinand.
Latar belakang itu menjadi penentu
utama munculnya suatu peristiwa sejarah. Tanpa adanya latar belakang atau
sebab-sebab tersebut, maka peristiwa bersejarah tidak mungkin akan terjadi.
5) Pengaruh dan Akibat dari Peristiwa
Sejarah
Suatu peristiwa sejarah yang telah
terjadi dalam kehidupan masyarakat akan memberikan pengaruh dan akibat yang
sangat besar dalam kehidupan masyarakat tersebut. Peristiwa sejarah yang telah
terjadi itu merupakan suatu peristiwa yang diinginkan oleh masyarakat atau
suatu golongan dalam masyarakat yang bersangkutan. Misalnya, peristiwa sejarah
tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Peristiwa itu merupakan suatu peristiwa yang telah direncanakan dan
diperjuangkan oleh seluruh bangsa Indonesia dalam membebaskan diri dari
penindasan yang dilakukan oleh kaum penjajah. Bahkan sejak awal kedatangan kaum
penjajah kewilayah Indonesia selalu disambut dengan berbagai perlawanan oleh
bangsa Indonesia.
Peristiwa sejarah tersebut dapat
menimbulkan pengaruh positif dan negative bagi masyarakat atau bangsa tersebut
menilai peristiwa itu. Pengaruh positif yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa
sejarah akan membawa perubahan-perubahan kea rah kemajuan atau kebaikan dari
kehidupan masyarakat misalnya, peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia
membawa pengaruh yang positif bagi bangsa Indonesia. Alasannya, sejak
proklamasi kemerdekaan itu, bangsa Indonesia dinyatakan telah terbebas dari
segala bentuk penindasan dan penjajahan pihak asing terhadap bangsa Indonesia.
Berkat kemerdekaan itu bangsa Indonesia dapat mengembangkan diri untuk
menjalani kehidupannya tanpa adanya tekanan dan penindasan dari kaum penguasa
atau penjajah asing.
Sementara itu, pengaruh negative
bisa juga ditimbulkan oleh suatu peristiwa sejarah, karena suatu peristiwa yang
telah terjadi itu menyebabkan timbulnya kegelisahan dan keresahan dalam
kehidupan masyarakat atau bangsa bersangkutan. Misalnya, jatuh bangunnya
kabinetyang berkuasa atas pemerintah Negara Indonesia sejak tahun 1945 sampai
dengan tahun 1959 pada masa itu, tidak
ada satu cabinet pun yang berhasil memerintah sampai batas waktu yang telah
ditentukan, yaitu 5 tahun, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Bahkan lamanya setiap cabinet berkuasa tidak dapat ditentukan seperti ada
cabinet yang berkuasa satu tahun, dua tahun atau tiga tahun. Dengan kekuasaan
seperti itu, maka masing-masing cabinet tidak mungkin dapat menyelesaikan
program kerja yang telah dicanangkan pada awal kekuasaannya. Juga setiap
cabinet yang berkuasa tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah-masalah Negara
dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, pergantian-pergantian cabinet yang
tidak tentu batas waktunya, tidak akan mungkin dapat memperbaiki kehidupan
masyarakatnya melainkan akan menambah terpuruknya kehidupan masyarakat atau
bangsa tersebut.
Dengan demikian, baik buruknya
akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa sejarah yang telah terjadi itu,
tergantung kepada latar belakang atau sebab-sebab terjadinya peristiwa
bersejarah.
C. STUDI SEJARAH
a.) Jenis-jenis sejarah
o
Jenis-jenis sejarah berdasarkan fokus masalah :
1. Sejarah geografi : Dikaitkan dengan lokasi di mana peristiwa itu terjadi
2. Sejarah ekonomi : Dibicarakan bagaimana upaya memenuhi kebutuhan manusia
3. Sejarah social : Dikaitkan dengan kehidupan masyarakat pada suatu masa
4. Sejarah politik : Dibicarakan tentang kekuasaan yang terjadi pada suatu masa
1. Sejarah geografi : Dikaitkan dengan lokasi di mana peristiwa itu terjadi
2. Sejarah ekonomi : Dibicarakan bagaimana upaya memenuhi kebutuhan manusia
3. Sejarah social : Dikaitkan dengan kehidupan masyarakat pada suatu masa
4. Sejarah politik : Dibicarakan tentang kekuasaan yang terjadi pada suatu masa
o
Jenis sejarah dilihat dari cakupan geografis :
1. Sejarah dunia : Membentangkan kehidupan manusia di dunia
2. Sejarah nasional : Membentangkan sejarah bangsa Indonesia
3. Sejarah lokal : Senantiasa mengungkapkan sejarah setiap wilayah (daerah)
1. Sejarah dunia : Membentangkan kehidupan manusia di dunia
2. Sejarah nasional : Membentangkan sejarah bangsa Indonesia
3. Sejarah lokal : Senantiasa mengungkapkan sejarah setiap wilayah (daerah)
b.) Sumber Sejarah
o Sumber
sejarah adalah semua yang menjadi pokok sejarah. 3 macam sumber sejarah :
1. Sumber tertulis : Diperoleh dari peninggalan tertulis
2. Sumber lisan : Keterangan langsung dari pelaku/saksi dari peristiwa yang terjadi pada masa lampau
3. Sumber benda : Diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan
1. Sumber tertulis : Diperoleh dari peninggalan tertulis
2. Sumber lisan : Keterangan langsung dari pelaku/saksi dari peristiwa yang terjadi pada masa lampau
3. Sumber benda : Diperoleh dari peninggalan benda-benda kebudayaan
c.) Fakta Sejarah
o Fakta
sejarah mempunyai bentuk :
1. Artefak : Semua benda baik secara keseluruhan/sebagian hasil gerapan tangan manusia
2. Fakta social : Fakta sejarah yang berdimensi sosial, misalnya : Interaksi antarmanusia dan pakaian adat.
3. Fakta mental : Fakta yang sifatnya abstrak, misalnya : Keyakinan
1. Artefak : Semua benda baik secara keseluruhan/sebagian hasil gerapan tangan manusia
2. Fakta social : Fakta sejarah yang berdimensi sosial, misalnya : Interaksi antarmanusia dan pakaian adat.
3. Fakta mental : Fakta yang sifatnya abstrak, misalnya : Keyakinan
d.
) Bukti Sejarah
o
Bukti sejarah adalah segala peninggalan yang berkaitan sengan aktivitas manusia
di masa lampau yang mungkinsaja masih di gunakan oleh manusia masa kini baik
yang beruapa bukti tertulis ataupun benda
f.)
Menentukan
usia peninggalan sejarah dapat dilakukan dengan 3 cara :
1. Tipologi : Cara penentuan usia peninggalan
budaya berdasarkan bentuk tipe dari peninggalan
2. Stratigrafi : Cara penentuan umur suatu benda
peninggalan berdasarkan lapisan tanah di mana benda itu ditemukan
3. Kimiawi : Cara penentuan umur benda peninggalan
berdasarkan unsur kimia yang dikandung oleh benda itu
g.)
Untuk
mengungkapkan sumber-sumber sejarah diperlukan ilmu bantu :
1. Epigrafi : Ilmu yang mempelajari tulisan
kuno/prasasti
2. Arkeologi : Ilmu yang mempelajari
benda/peninggalan kuno
3. Ikonografi
: Ilmu yang mempelajari patung
4. Nomismatik : Ilmu yang mempelajari mata uang
5. Ceramologi : Ilmu yang mempelajari keramik
6. Geologi : Ilmu yang mempelajari lapisan
kulit bumi
7. Antropologi : Ilmu yang mempelajari asal-usul
kejadian & perkembangan MH
8. Paleontologi : Ilmu yang mempelajari sisa
makhluk hidup yang telah membatu
9. Paleoantropologi : Ilmu yang mempelajari bentuk
manusia yangs sederhana hingga sekarang
10. Sosiologi : Ilmu yang mempelajari sifat
keadaan & pertumbuhan masyarakat
11. Filologi : Ilmu yang mempelajari bahasa,
kebudayaan, pranata & sejarah suatu bangsa
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penulisan sejarah ilmiah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi
mengenai permasalahan yang dibahas. Eksplanasi itu diperoleh melalui analisis.
Untuk mempertajam analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode dan
teori serta prinsip sejarah perlu ditunjang oleh teori dan/atau konsep
ilmu-ilmu sosial yang relevan (sosiologi, antropologi, ekonomi, politik, dll.).
Dengan kata lain, penulisan sejarah yang dituntut memberikan eksplanasi
mengenai masalah yang dibahas, perlu dilakukan secara interdisipliner dengan
menggunakan pendekatan multidimensional (multidimensional approach). Hal itu
sesuai dengan ciri-ciri dan karakteristik sejarah sebagai ilmu.
Oleh karena itu, penelitian sejarah dan
hasilnya dapat membantu penelitian dan pengembangan kebudayaan karena Sejarah
mengkaji aspek-aspek kehidupan manusia di masa lampau, termasuk kebudayaan.
B.
Kritik dan
Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini
sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik
dari segi kata-kata bahasa maupun kalimat, oleh karena itu kami sangat berharap
sekali masukan, kritik maupun saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan
penyusunan makalah kami selanjutnya
Daftar Pustaka
Zinc oxide and titanium dioxide sunscreen for men and women
BalasHapusZinc oxide and titanium dioxide sunscreen for men ti89 titanium calculator and ecosport titanium women; 2014 ford fusion energi titanium The Zinc oxide and titanium septum jewelry titanium dioxide are both effective as anti-cancer treatments. titanium steel Zinc oxide (also called “spicy”